Aku sudah bersiap siap ke kota baru, untuk tugas karena statusku
sekarang karyawan baru, pukul 8 pagi aku sudah siap di kereta api yang
menghantarku ke kota tujuan, sesampainya di kota tersebut aku menyewa
becak karena dari stasiun dengan hotel sangat dekat sekali, sesampainya
di hotel dan istirahat, semalan saat dikereta aku belum makan jadi
setalah beristirahat aku cari makan.
Namun ketika keluar dan akan
mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai
pakaian swimsuit melintas dibelakangku. “Ada apa gerangan?”, dalam hati
aku bertanya. Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku
rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari
belakang dan.., wowww.., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku
berhenti dan.., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin
latihan fitness.
Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan
ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku “Mau fitness
juga Mas?”, aku mencoba berbalik badan.., ya ampun!, seorang wanita
memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut
lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.
“Wah
senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati”, hingga aku sejenak
terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah
memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan
indah. “Ohh.., tidak!, hanya lihat-lihat saja”, jawabku.
“Mas.., dari mana?”, wanita tersebut kembali bertanya.
“Malang..,
saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini,
anda sendiri sedang apa disini?” aku memberanikan diri balik bertanya.
“Sebenarnya
aku ke sini mau fitness, tapi sudah full.., jadi aku mengubah rencana
ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan
ruangan fitness”.
Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak.., dan “Oh, ya.., Sony namaku.., kamu siapa?”, aku mencoba berkenalan.
“Namaku Yunita.., aku orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang” jawab Yunita.
“Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang”, aku coba mengajak.
“Emang
Mas Sony mau berenang juga ya..”, tanya Yunita. Aku terkejut sambil
menelan ludah.., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh.., “, pikirku
dalam hati.
“Oh, tidak.., tidak! kamu saja yang berenang, aku
pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan”, jawabku sambil
memanggil pelayan.
“Oke dech kalau begitu.., Yunita sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?”.
Langsung
aku jawab, “Boleh-boleh.., mau berapa botol?”, dan byuurr Yunita
menjatuhkan badannya yang sexy itu ke kolam”, aku pesan satu botol saja
yach..”, jawab Yunita manja dari dalam kolam.
Setelah 30 menit
Yunita baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek..,
glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Vina.
“Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah
seks yang tinggi”, aku mengira-ngira.
“Mas Sony, berapa lama di
sini?”, tanya Yunita sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan
pantatnya di kursi malas di sampingku. “Enggak lama kok, hanya 2 hari”
jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena
tugas yang akan aku lakukan cukup berat.
Angin sepoi-sepoi
mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab
meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa
waktu menunjukan pukul 10 pagi.
“Kamu mandi dan ganti pakaian di
kamarku saja”, aku memberanikan diri memberi tawaran pada Yunita yang
sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan
bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.
“Boleh dech..”,
jawab Yunita singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena
tergoda bentuk tubuh Yunita yang menggigit seluruh persendianku.
“Mas
Son.., nanti malam Jul boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau
kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?”, tanya Yunita ketika
keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Yunita itu
sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal
untuk merayu Yunita agar dapat aku setubuhi.
“Boleh Jul.., datang
saja”, jawabku sambil memegang pundak Yunita yang mempunyai umur 23
tahun tinggi badan 167 cm. Yunita diam saja saat aku pegang pundaknya,
malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang
begitu indah. Suasana hening.., dan perlahan aku goyangkan kepalaku
untuk mencoba menyentuh bibirnya.
“Jangan Mas.., aku sudah pakai
lipstik, nanti berantakan lagi” jawab Yunita menolak dengan halus. Aku
jadi penasaran, tapi aku yakin daritatapan matanya tersembunyi ada kesan
frustasi dalam diri Yunita, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada
apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Yunita. Karena pikiranku sudah
kacau termakan keindahan lekuk tubuh Yunita yang begitu menggoda.
“Ting
tong.., ting tong.., ting tong..”, tepat pukul 7 malam suara bell kamar
berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka..,
wuuaahh kulihat Yunita berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis
panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat
anggun.
Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.
“Mau
mengajak jalan ke mana yach..? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti
makan malam, sebab Yunita mengenakan pakaian resmi untuk pesta”, dalam
hati aku bertanya-tanya.
“Masuk Jul.., aku masih pakai handuk dan
mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi”, jawabku sambil menarik
tangan Yunita yang mulus putih bersih.
“Bleekk!” pintu kamar
kututup dan.., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang
jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika
aku mengunci pintu.
Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung
aku belai rambut Yunita yang halus lurus terurai.., aku teruskan
belaianku ke wajah Yunita yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa
penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan
persetubuhan yang paling melekat.., kulanjutkan belaianku menyusuri
pundak.
“Ohh Mas..”, jawab Yunita lirih sambil memejamkan matanya
isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah
muda lagi saat Yunita pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan
aku boleh menciumnya.
Aku dekap Yunita dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku
hunjamkan
ciuman dengan deras ke bibir Yunita yang tipis menggoda. Tak
disangka.., Yunita membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku
dan memainkannya dengan lihai.
Aku segera membelai dan menciumi
tengkuk leher panjang Yunita sampai pundak dan.., ting..!, aku lepas
taligaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.
Kini
hanya BH ukuran 36C tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku
mangsa. “Ahh.., ouuhh.., Mass.., beri Jul kepuasan..” terdengar suara
Yunita meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupanjantung
Yunita yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat
aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih.
Woowww..,
indah sekali buah dada Yunita yang menonjol ke depan dengan puting
kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.
“oouuhh.., Mass.., isap.., isap dong Mass Sonn..” pinta Yunita memelas.
Aku
langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan
yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi dibalik
handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan
menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat.
Aku semakin
gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Yunita yang wangi khas
parfum true love, aku meremas buah dada kiri Yunita dan menjilati
buahdada kanan Yunita.
Yunita mendengus keenakan dan membuang
kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan
makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar.
“Terus Mass.., ouugghh.., yang keras isapnya Mass..”, Yunita memaksa.
Perlahan
aku pelorotkan CD Yunita yang tipis berwarna putih dan berbunga di
tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkankepalaku
di hadapan liang kewanitaan Yunita yang tersembunyi dibalikbulu-bulu
halus yang lebat tak terkira.
Ohh.., honey.., please go on..,
ouuhh.., sepertinya Yunita kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan
sendiriCD-nya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai
benangpunmenempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Yunita membuka
kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga
agar segera dijilat.
“Ssstt.., sluupp.., eehhmm.., ohh.. Yunita
betapa sempitnya memekmu”, pikirku yang terus membungkuk dan menjilati
clitoris Yunita yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun
penuh kenikmatan itu.
“Ougghh.., oouuhh.., eehhmm..” Yunita
mendesah dan.., sseerr.., cairan mani membanjiri liang kewanitaan yang
membuatku semakin mudahmeluncurkan kemaluanku untuk menembus liang
kewanitaan Yunita.
Kebangkitan birahi Yunita makin membara dan
mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan
jilatan lidahku yanglincah menari-nari di sekitara clitoris dengan
sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Yunita
menggelinjang keenakan.
Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun
Yunita yang menarik-narikrambutku dengan ganas.., bagai seorang wanita
yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. “Oohh..,
honey masukin cepatkemaluannya”, pinta Yunita tak sabar sambil
menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke
belakang dengan kaki mengangkang.
Kini Yunita dalam posisi berdiri
menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb..,
kemaluanku menembus lorong gelapmenuju singgasananya dengan perlahan.
“Oouuhh..,
nikmat sekali Maass.., terus perlahan Maass.., acchhkk.., jangan
berhenti Maass..” Yunita memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari
kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku
yang keluar masuk di liang senggama Yunita yang sempit tapi lembut.
Aku
semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Yunita yang tiada
hentinya. “Oouugghh.., acchhkk.., yang cepat.., yang keras.., Mass..,
Mass.., oouugghh.., Maass..!”. Seerr.., terasa basah mengguyur
kemaluanku yang masih berdiri tegak itu.
Sehingga terdengar bunyi
clep.., clep.., liang surga Yunita mulai becek, Yunita mengeluarkan
kemaluanku dan.., slupp.., sluupp.., sstt.., Yunita langsung melahap
kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali diajulurkan lidahnya
untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang
membuatku mengelinjang kegelian.
Setelah puas memainkan
kemaluanku, sepertinya Yunita meminta kembali untuk diserang dan dia
menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tabdengan memegang kemaluanku.
Aku seperti kerbau dungu yang mau menurutiperintah tuannya, namun jika
kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku
yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang.
Yunita
membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali
tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut.., namun
tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang
tegang. Yunita menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar
membasahi alas bath tab. Yunita kembali menjilati kemaluanku..,
selangkanganku.
Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku
tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di
depan liang kewanitaanYunita yang telah dari tadi menganga minta
dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Yunita berada di bawah dengan kaki
merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Yunita mengangkat pantatnya
sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh
jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.
“Oouuhh.., Maass.., masukin dong sayang.., Jul sudah nggak tahan nich..”, Yunita mengeluh minta dimasukin.
Akhirnya
kami merubah posisi, giliran Yunita yang berada di atas, sedang aku di
bawah. Dengan posisi berjongkok Yunita langsung menangkap kemaluanku dan
menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basahdengan campuran
mani dan air kran juga air ludahku.
Sleebb.., sleebb.., perlahan
Yunita menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos
tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Yunita merem-melek keenakan sambil
mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah.
“Aahh..,
acchh.., oouucchh.., Mass.., nikmat sekali, kamu hebat mass.., bisa
bikin aku puas.., oouuhh! acchh..! uuhh.., baru kali ini aku merasakan
kepuasan.., oouugghh..!”, Yunita mengerang merasakan kenikmatan yang
tiada tara.
Yunita semakin mempercepat gerakannya dan terdengar
suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Yunita yang besar
dengan pahaku,berpadu dengan suara teriakan Yunita yang meminta ampun
merasakan ngiluatas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Yunita.
“Mass
Sonn.., Jul mau keluar lagi.., kita keluarin sama-sama yach say..?”,
pinta Yunita lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa
nikmat yang segunung.
“Ouugghh.., honey.., aku mau keluar.., ayo
sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang.., ouugghh..!”, aku
mendengus. “oouuhh..,. aacckkhh..!!”, Yunita berteriak keras sambil
menggaruk dadaku kuat-kuat.
merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu.
Cret..,
cret.., cret.., cret.., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan
Yunita dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara
mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Yunita
dipijit dengan keras oleh liang senggama Yunita yang kembang kempis.
“Terima
kasih ya Mas Son.., sudah memberi kepuasan kepada Yunita” ucapan Yunita
membisik di telingaku dan Yunita langsung terkulai lemas di atas
tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang
bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau
aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya.
Aku peluk
tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka
penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak
menggenang di dalam bath tub.
“Kalau airnya nggak dibuang bisa
masuk angin aku.., apalagi dalam keadaan capek begini”, pikirku dalam
hati. Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab.
Ternyata
Yunita wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota
“Mlg”, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena
kemaluan suaminya impoten